Pages

Banner 468 x 60px


 

Kamis, 02 Juni 2016

CUMAPOKER - CINTAKU YANG BERSEMI DI MEDIA SOSIAL

0 komentar

CINTAKU YANG BERSEMI DI MEDIA SOSIAL

CUMAPOKER
“Martin… bangun sayang..” Teriak ibuku sambil mengetuk pintu kamarku.
“Iya Bu, bentar..” Sahutku sambil mencari handphone berharap Jeny tidak marah denganku karena semalam aku ketiduran saat kami sedang asyiknya chatting di facebook.

Jeny adalah cewek cantik yang aku kenal dari facebook saat kami berdua berada di satu grup yang sama, saat itu kami sedang mengomentari salah satu status temanku yang kebetulan temanku itu adalah teman Hany juga dan karena itulah aku dan Jeny saat ini seperti ada hubungan spesial. Tak lama aku mencari handphone-ku yang ternyata terselip di balik bantal yang sempat aku duduki, tak berpikir panjang aku pun langsung membuka facebook berharap Jeny tidak benar-benar marah denganku.

Saat aku mulai membuka pesan dari Jeny nampak Jeny tidak marah seperti dugaanku, mungkin Jeny sudah tahu bahwa aku tidak membalas pesannya karena aku ketiduran, sebab sebelumnya aku sempat bercerita tentang tugas kelompok yang harus ku selesaikan hari ini juga. Walaupun demikian aku harus tetap memastikan kalau Jeny tidak benar-benar marah denganku karena aku tidak membalas pesan darinya semalam. Saat aku mau membalas pesan dari jeny dengan sapaan selamat pagi, tiba-tiba suara ibuku terdengar lagi dan dia menyuruhku untuk cepat-cepat mandi karena jam sudah menunjukkan pukul 06.30 pagi. Sontak aku pun kaget karena teringat pelajaran jam pertama hari ini adalah pelajaran Pak Budi guru Bahasa Indonesia yang terkenal sangat disiplin di sekolahanku, belum sempat aku membalas pesan dari Jeny aku pun langsung bergegas mandi dan berangkat ke sekolah.

Sesampainya di sekolah aku pun menyempatkan waktu untuk membalas pesan dari Jeny yang tadi sempatku tunda, aku pun berniat menyapa Jeny dengan sapaan selamat pagi yang hangat sekaligus meminta maaf karena semalam aku tidak membalas pesan darinya, tapi belum sempat aku menulis pesan, aku pun melihat ada 1 pesan baru di berandaku, aku pun langsung membuka pesan itu dan ternyata pesan itu dari Jeny yang menyapaku duluan dengan kata-kata, “Selamat pagi Martin, pasti kamu ketiduran ya semalam, ya kan?” Aku pun cuma bisa tersenyum sekaligus senang membaca pesan dari Jeny karena ternyata Jeny tidak benar-benar marah seperti dugaanku sebelumnya, kemudian seperti bisa kami pun saling mengirim pesan sampai jam pelajaran berakhir.

Jam 13.15 siang bel sekolah pun berbunyi tanda berakhirnya kegiatan belajar mengajar di sekolah, aku pun langsung ke luar dan berjalan menuju depan pintu gerbang sekolahan untuk menunggu jemputan dari ibuku, tak lama kemudian aku melihat motor matic warna merah yang mengarah ke arahku yang sepertinya tak asing lagi bagiku, benar saja motor itu memang milik ibuku yang aku kenal dari bentuk badan si pengendara yang seperti angka 8, tak salah lagi itu pasti ibuku yang naik di atasnya. Setelah ibuku berhenti dan berada tepat di depanku dia pun langsung menyuruhku untuk cepat-cepat naik mungkin karena cuaca saat itu memang kurang bersahabat, aku pun langsung naik seperti yang disuruh ibuku tanpa bertanya sedikit pun.

Di saat aku sedang berada di tengah perjalanan pulang, aku pun berpikir untuk menembak Jeny dan mengungkapkan perasaanku yang sebenarnya kalau aku benar-benar cinta dengan Jeny, mengingat sudah cukup lama kami mengenal satu sama lain, walaupun kami tidak pernah bertemu secara langsung paling hanya lewat telepon ataupun saat kami chatting di facebook, aku yakin bahwa Jeny pun mempunyai perasaan yang sama denganku, bukannya aku ke-PD-an tapi jika dilihat dari caranya berbicara saat kami sedang teleponan dan kata-katanya saat kami sedang chatting di facebook, aku jadi semakin yakin bahwa Jeny memang mempunyai perasaan yang sama denganku, yaitu perasaan saling mencintai.

Setibanya di rumah aku pun langsung menuju ke kamarku dan mulai mengumpulkan keberanian untuk menelepon Jeny, ya walaupun kami tiap hari memang selalu teleponan tetap saja perasaan berdebar-debar tidak bisa ku atasi begitu saja, mungkin karena aku sudah terlalu lama sendiri seperti lagunya Kunto Aji yang judulnya “Terlalu Lama Sendiri,” dengan mengingat lagunya Kunto Aji aku tidak mau bernasib seperti lagunya yang selalu sendiri. Setelah aku benar-benar siap untuk menelepon Jeny, akhirnya aku pun memberanikan diriku untuk menelepon Jeny, ku cari nomor Jeny dan langsung meneleponnya.

“Tut! tut! tut…” Masih belum diangkat juga telepon dariku.

Setelah beberapa kali aku mencoba menelepon Jeny, akhirnya Jeny pun mengangkat juga teleponku, ludah pun terasa pahit saat aku mencoba berbicara dan mulai membuka topik pembicaraan. Jeny pun curiga dengan tingkah lakuku yang saat itu memang gaya bicaraku patah-patah tak seperti biasanya saat aku menelepon Jeny. Jeny pun bertanya kepadaku.

“Martin kamu mau ngomong apa? kok bicaramu tumben aneh gitu..” Dengan sedikit menelan ludah dan mengumpulkan keberanianku, aku pun langsung to the point ngomong sama Jeny kalau aku sebenarnya cinta dengan Jany sudah lama dan aku pun bertanya. “Kamu mau nerima cintaku nggak? kalau nggak juga nggak apa-apa, yang penting aku udah jujur sama kamu dengan perasanku yang sebenarnya,”

Waktu pun terasa berhenti saat aku menantikan jawaban darinya, perasaan berdebar-debar bercampur dengan harapan pun menjadi satu, keringat pun sedikit demi sedikit ke luar dari tubuhku, jantung pun juga demikian berdetak tak karuan seperti mau meloncat ke luar dari dadaku. Setelah beberapa detik berlalu aku pun mulai pasrah dan berpikir mana mungkin Jany mau menerima cinta dari seseorang yang bahkan belum pernah dia temui sebelumnya, tapi pikiranku itu pun sekejap berhenti saat Jany mulai bicara dan alangkah terkejutnya aku saat mendengar jawaban dari Jany.

“Sebenarnya aku juga cinta sama kamu Martin, tapi aku nggak mau kalau kamu nembak aku dengan cara kayak gini, aku maunya kamu ngomong langsung di depanku lalu kamu langsung ngomong sama kedua orangtuaku, kalau kamu benar-benar cinta denganku dan nggak main-main,” Katanya.
“Terus sekarang status kita gimana?” kataku sambil bertanya-tanya.
“Kita jalanin aja dulu, yang penting kita tahu kalau kita saling mencintai satu sama lain, intinya aku juga cinta sama kamu kok sayang,” Dijawabnya pertanyaanku tadi.
“Yang bener kamu Jeny?” Tanyaku sekali lagi untuk memastikan.
“Iya sayangku…” Sambil mengecupkan bibirnya.
“Yess…” Seruku meloncat-loncat kegirangan.

Dan mulai saat itu hubungan kami semakin mesra dan pada akhirnya saat usia aku sudah matang maksudnya aku sudah lulus dan sudah kerja aku pun memutuskan untuk menghampirinya di Bandung beserta kedua orangtuaku untuk bertemu kedua orangtuanya dan langsung melamar Jeny.

0 komentar:

Posting Komentar

 
CUMAPOKER © 2016