Seperti biasanya setiap aku pulang dari kantor sore menjelang malam pasti aku selalu berpapasan dengan Nila karena setiap harinya aku selalu lewat depan salonnya disamping rumahku.
Dia selalu mengedipkan matanya kepadaku sambil sambil berkata, “Hai ganteng baru pulang ya”, dan seperti biasanya juga aku meberikan kecupan melambai sambil tersenyum.
Tak jarang aku selalu melamun sendiri sambil memikirkan Nila si gadis ayu nan sexy itu, terlebih lagi saat aku pulang kantor dan mandi sampai peniskupun menegang hingga memuntahkan sperma. Kini tibalah saat yang tak terlupakan seumur hidupku, malam itu sekitar jam 9 Nila datang kerumahku.
Ia minta tolong, katanya, “Mas Indra, tolong donk ke rumah Nila sebentar”.
“Emang ada apa, La”.
“Lampu kamar Nila putus, tolong pasangin donk dengan yang baru soalnya Nila takut masang sendiri, ntar kesetrum”.
“Ah masa kesetrum aja takut, emang Nila nggak pernah kesetrum ya..”. Aku sekedar bercanda.
“Tolong donk Mas Indra, sebentarr aja”. Nila mengajakku seperti merengek sambil menarik tanganku dan tanpa sengaja buah dadanya yang montok itu menempel di lenganku yang seketika itu pula membuat darah kelelakianku seperti mendidih, namun aku masih dapat menahannya.
“Ok deh.. ntar ya, Mas pake celana dulu”. Kebetulan saat itu aku hanya menggunakan kaos dan kain sarung.
“Alahh.. deket aja pun, ngapain sih ganti-ganti segala, emang mau ke pesta”.
“Hmm.. ayolah”.
Kemudian pada saat baru didepan rumahku setelah mengunci pintu rumahku, aku melihat sepertinya salonnya sudah tutup padahal setahuku biasanya jam 10 salonnya baru tutup.
“La, kok cepet amat salonnya tutup?”
“Ya tadi anak-anak permisi tadi katanya ada urusan”.
“Ohoo.. jadi kita hanya berdua donk ntar di rumah kamu, wah asyik nih”. Seketika itu juga tiba-tiba terlintas pikiran kotor di benakku.
“Hmm.. awas ya”. Dia berkata sambil mencolek pipiku.
Kemudian akupun tersenyum sambil kami melangkah menuju rumahnya, dan setelah sampai di rumahnya Nila langsung mengajakku kekarmarnya untuk memasang lampu kamarnya. Ternyata disitu dia telah menyediakan tangga agar memudahkanku untuk naik dan memasang lampu tersebut. Maka akupun naik ke tangga itu sambil Nila menyenter ke atas untuk menerangi pandanganku ke langit-langit tempat lampu yang akan dipasang.
Karena pada saat itu aku menggunakan sarung, maka pada saat naik memang tidak ada masalah namun pada saat mau turun tiba-tiba sarungnya nyangkut dan tanggapun mulai goyang, untung saja Nila memegang tangga tersebut sehingga tidak masalah, namun kain yang kugunakan terus merosot sampai ke kaki sehingga CD ku kelihatan dan Nila menyaksikan hal tersebut dan dia tertawa.
“Hihi.. Gede juga punya kamu ya”.
Lantas aku cepat-cepat turun dari tangga dan kugunakan kembali sarungku.
“Asik ya liat yang gede-gede.. emang kamu naksir ya sama yang gede-gede, pengen rasain nih”. Aku berkata sekedar gombal.
“Mau donk”
Kukira semula ucapan Mila hanya main-main saja, namun tiba-tiba setelah menghidupkan lampu yang baru aku pasang tadi lantas ia mendekatiku dan kemudian menari-nari erotis menggoda di depanku.
“Emang kamu aja yang punya gede Nila juga punya nih”
Dia terus menari-nari di depanku sambil meremas-remas dengan lembut payudaranya sendiri, dan tiba-tiba secara spontan kucoba untuk menyentuhnya, dan spontan juga dia menghindar, lantas aku hanya menggaruk kepala.
“Aku pulang aja ah, dah malam”.
“Segitu aja udah nyerah mau nggak..?”.
Dalam hati aku berkata, “Wah, nih cewek kayaknya nantang apa ngetes nih, soalnya mau kusentuh tadi kok malah menghindar”. Lantas aku berkata padanya, “Kamu serius nggak nih..”
“Sapa takut.. kemari donk sayang, kita habiskan malam ini hanya berdua”.
Langsung saja aku mendekatinya dan kupeluk dia lantas kucium bibirnya dan sarungku pun dengan sendirinya merosot ke bawah namun aku tidak memperdulikannya lagi. Satu persatu pakaian Nila aku lucuti dan saat kubuka bajunya diapun membuka bajuku hingga akhirnya kami berduapun bugil. Terus kucium bibirnya sambil memainkan lidah.
Kemudian aku menikmati pemandangan seluruh tubuhnya sambil meraba-raba sekujur tubuhnya. Aku sangat mengagumi payudaranya yang sangat montok dan padat itu. Tampaknya Nila tahu aku memandang buah dadanya dengan mata tak berkedip.
Lalu dengan cekatan ia menarik kepalaku ke arah bukit kembar itu, aku langsung menghisap putingnya yang masih berwarna coklat muda itu, Nila mendesah keras. Aku mencoba segala keahlianku dalam memainkan putingnya.
Kuhisap dan kumainkan dengan lidah, sambil membenamkan wajahku dan memutar-mutarnya,Nila kelihatan sangat menyukai permainanku. Selang beberapa lama, dia menarik wajahku yang masih asyik mempermainkan putingnya, kemudian mendorongku agar keranjangnya. Nila mulai menciumi leherku, lalu telingaku. Desahannya makin jelas dan makin merangsangku.
Kemudian ciumannya mulai turun kearah puting ku, dan turun terus hingga kepusar, lidahnya sempat singgah disana, sehingga makin membuatku bernafsu mengharapkan kulumannya kearah penisku, akhirnya dia mulai menjilati seluruh batang penisku.
Dihisapnya kuat-kuat batang penisku sehingga membuatku menggelinjang, geli dan nikmat. Lalu dia mempermainkan penisku dengan lidahnya. Aku berusaha bertahan agar tidak menggerakkan penisku. Takut kalau dia tersedak. Akhirnya aku tak tahan hingga mendoronkan penisku agar melesak lebih dalam kekulumannya. Dia agak kaget dan hampir tersedak, kemudian mundur.
“Sori La, aku ngga tahan untuk ngga bergerak, habis nikmat sekali”.
“Ngga Papa kok Mas. Punya Mas sih, yang kepanjangan, Nila belum terbiasa yang segini panjang”.
Mendengar ucapannya dalam hati aku berfikir, “Wah, nih cewek berarti dah sering juga nih”.
Kemudian Nila melepaskan kulumannya dan kali ini terasa kedua payudaranya menindih batang penisku, ia menggesek-geseknya sambil memandangiku sambil tersenyum penuh nafsu.
Tak tahan dengan permainannya maka perlahan Nila kudorong hingga duduk di pinggir ranjang lalu kedua pahanya kupegang dan di kangkangkan dan kudorong ke atas sehingga lubang vaginanya menganga dan memerah begitu menggiurkan, aku segera merapat diantara kedua kaki Nila dan kugenggam penisku yang sudah berdiri tegak itu lalu kuarahkan masuk ke lubang vaginanya..
Achh.. kepala penisku mendesak masuk diantara bibir kemaluannya.. terus kudorong dan.. blass.. batang penisku meluncur masuk kerongga vagina Nila yang begitu hangat dan setengah basah.
Mila menggeliat sambil menggeser tubuhnya ke ranjang dengan tangan yang merentang sedang akupun terus merapat ke tubuh montok itu terutama bagian bawah tubuhku hingga terasa bulu-bulu jembutku bergesekkan dengan bulu-bulu jembutnya yang sama-sama tumbuh lebat.
Batang penisku terasa tertelan penuh dalam ronga vagina Nila, dan akupun mulai memaju mundurkan penisku. Setiap gerakan maju kutekan kuat-kuat hingga Nila mendesah dan menggelinjangkan tubuhnya yang montok itu.
Selagi terus memainkan penisku dalam liang vagina Nila, kedua tangan Mila memegangi kedua pahanya dan makin ia rentangkan sedang aku memegang kedua payudaranya yang super size dengan kedua tanganku dari sisi pinggangnya sedang mulutku mengemoti kedua puting susunya yang amat mengeras. Nila meronta keenakkan sambil merintih dan mendesah.
Kemudian diapun menggerakkan pantatnya makin cepat, ia begitu menikmati kocokan penisku dalam liang vaginanya, ia makin menggila menggerakan tubuhnya, memutar pinggul dan pantatnya, nampaknya ia sudah nggak tahan lagi, aku cengkeram paha Mila kuat-kuat sambil terus menekan batang penisku dalam liang vaginanya, gerakanku makin cepat sehingga Mila tak kuasa menahan puncak birahinya..